Kepingan Bintang Yang Hilang
Terlalu bodoh untukku purnamasari, melepas bintang yang telah kamu beri kepadaku, bintang yang selama ini menerangi hari-hariku, menemani setiap detik dalam hidupku, bintang yang aku perjuangkan dari setiap orang yang menginginkannya. Ingatkah purnamasari? Ketika aku memperjuangkan bintang yang indah itu, aku harus bersaing dengan polisi, tentara, brimob, dan warga di sekitar kampungmu.
Hingga aku ditertawakan oleh orang-orang itu “Hahahaha… Pulang saja wahai anak muda, bintang itu sulit bagimu, tak mungkin bisa mendapatkannya”.
Mendengar itu aku merasa tak berdaya dan tidak punya nyali untuk memperjuangkannya, namun kamu selalu mengingatkan bahwa bintang itu bisa didapatkan oleh siapapun, tidak perlu ada pangkat maupun derajat yang tinggi untuk mendapatkannya.
Terinjak dan terhempas tubuh ini mengejar bintang itu, sempat sedikit lagi aku dapatkan namun polisi itu mengeluarkan pistolnya dan menembakkan peluru panas ke arah kaki kananku.
Bluggg.. Aku terjatuh seraya menahan rasa sakit. Aku berusaha berdiri untuk mengejar bintang tersebut namun datang tentara itu dari belakang sehingga menginjakku dengan sepatu boot besarnya hingga aku terjatuh kembali. Tetapi aku terus berusaha berdiri untuk mengejar bintang itu purnamasari, percobaan yang pertama aku gagal, begitupun dengan yang kedua. Setelah sekian lama mencoba akhirnya aku bisa berdiri. Namun naas purnamasari, aku tidak melihat mobil brimob tersebut melaju kencang di belakangku sehingga menghempaskan tubuh ini sangat jauh ke dalam lembah yang gelap dan sangat lembab sehingga untuk bernapas pun sangat sulit bagiku.
Terdengar suara warga sekitar kampungmu yang mengejar bintang, aku berusaha meminta tolong. Aku berteriak sekeras mungkin, namun tak didengar. Warga itu hanya melintas sekejap mata, seperti cahaya kilat yang melintas begitu cepat.
Aku hanya sanggup terdiam purnamasari, lembah itu membuatku tak berdaya hingga memecahkan syarap sadarku. Semua yang aku rasakan, lihat dan dengar seketika hilang. Tiba-tiba muncul cahaya kilat petir datang, Serta muncul seorang wanita yang sedang gelisah menyaksikan perjuangan para pengejar bintang. Aku tak tau wanita tersebut siapa purnamasari karena wajahnya tidak tampak jelas, lalu wanita itu berdo’a dan memohon pada tuhan.
“Semoga… (wanita itu memanggil namaku) bisa medapatkan bintang tersebut, ya tuhan”.
“Ada apa ini? Kenapa wanita tersebut memanggil namaku dalam do’anya?” ujarku
Aku bingung saat itu purnamasari, menyaksikan apa yang aku lihat dan aku dengar. Kilat petir itu pun datang kembali, dan kamu tau apa yang aku lihat purnamasari? Ternyata wanita tersebut kamu, iya kamu purnamasari. Tak percaya tadinya namun itu memang kamu, kilat yang kedua memperjelas muka dari sosok wanita tersebut.
Kejadian itu membuatku tersadar purnamasari, dan terheran-heran karena tubuhku sudah tak di dalam lembah itu. Ternyata semut-semut itu menolongku seketika aku tak sadarkan diri, membawa tubuh ini dari dalam lembah, bukan hanya itu purnamasari semut-semut itu juga mengobatiku sehingga aku bisa berjalan normal kembali. Semua luka dalam tubuhku sudah tak berbekas, semuanya hilang.
“Cepat.. kejar bintangnya, itu ditakdirkan untukmu” ucap semut itu purnamasari
Kemudian aku bergegas kembali dan berlari kencang untuk mengejar bintang itu purnamasari, energi baru, semangat baru, harapan baru muncul seketika setelah semua kejadian itu terjadi. Tak terasa aku mulai mengejar warga sekitar kampungmu, brimob, tentara, dan polisi itu yang sudah jauh di depan. Kini semakin dekat dengan bintang itu purnamasari, hingga akhirnya di sebuah belokan aku mendapatkannya. Aku tangkap dan aku pegang dengan erat agar tak terlepas kembali, sambil berlari ke rumahmu, aku masukan bintang itu ke dalam saku agar tak terlihat oleh yang lainnya.
Ternyata polisi itu melihatnya “Dia mendapatkannya – mendapatkanya”.
Semuanya mulai kacau purnamasari, polisi, tentara, brimob, dan warga di sekitar kampungmu saling bekerja sama untuk mengejarku. Suasana seperti perang dunia ke-dua yang aku rasakan, banyak senapan, tank baja, pesawat tempur, mobil perang dan warga yang membawa bambu runcing. Sehingga tak memungkinkanku untuk terus berlari, hingga aku stopkan mobil yang sedang melaju dengan paksa lalu aku ambil alih. Dengan mobil itu aku bisa sampai ke rumahmu dengan selamat.
Terlihat senyum manismu telah menunggu di depan rumah, dengan sapa hangat tertuju padaku. Disinilah purnamasari, awal cerita aku dan kamu dimulai. Disaaat kamu menerimaku dalam hidup, menemani setiap harimu, dalam ruang dan waktu. Hari-hariku sungguh berbeda setelah kehadiranmu, kamu menyemangati hidupku.
Tiga bulan sudah berlalu, kabar gembira aku dengar darimu. Akhirnya kamu mengandung anak dari buah hasilku, oh purnamasari sungguh bahagia hatiku mendengar kabar tersebut. Untuk merayakannya aku mengajakmu berlibur ke luar negeri, pergi mengelilingi dunia, berkunjung ke negara-negara yang kamu inginkan. Salah satunya ialah prancis, negara yang terkenal dengan menara eifelnya. Iya, kamu selalu menginginkan datang kesana dan mengunjungi kota paris untuk berfoto di menara eifel. Ketika berkunjung kesana terlihat gembira serta tak sabar untuk langsung menuju kota paris, kota yang terkenal dengan menara yang menjulang ke langit.
Kejadian yang tak terduga menimpamu, ketika sedang asik berfoto di bawah menara eifel sebuah peluru menyasar tepat ke perutmu. Terlihat polisi yang patah hati mengarahkan senapan ke arahmu. Aku seperti tersambar petir, melihatmu. Tak ada yang bisa dilakukan, hanya sanggup terdiam tak berdaya dengan apa yang aku lihat.
“Ini balasanku atas sakit hati” ucap polisi itu
Ambulan pun berdatangan dengan suaranya yang khas, namun di perjalanan ke rumah sakit kamu menghembuskan nafas terakhir dengan senyuman di bibir, begitu juga dengan buah hati yang ada di perutmu tak bisa diselamatkan sama sekali. Semuanya hilang dalam hidupku.
Aku harus bagaimana berjalan tanpa kamu purnamasari, andai aku diberi kesempatan untuk memelukmu sekali lagi. Akan aku jaga dirimu di sisiku, tidak akan aku biarkan orang lain menyakitimu. Kini aku tak seimbang tanpamu purnamasari. Hari-hariku kini tak tentu arah purnamasari, tak ada arah tujuan untuk hidupku, harus bagaimana aku tanpamu, aku tak berdaya.
Aku berdo’a setiap malam dengan do’a yang sama:
“Ya.. tuhan apa salahku? sehingga engkau mengambilnya”.
“Ya.. tuhan kenapa kamu mengambilnya”.
“Ya.. tuhan aku tidak bisa tanpanya”.
“Ya.. tuhan harus bagaimana tanpanya?”.
“Ya.. tuhan kembalikan, yang selama ini menemaniku”.
“Ya.. tuhan bagaimana hidupku tanpanya?”
Ditengah do’aku muncul cahaya yang sangat terang. Tuhan pun menjawab do’aku
“Lanjutkan hidupmu, beribadah dengan giat, berdo’a selalu untuknya”
“Ikhlaskanlah, lapangkan dadamu, bintangmu telah tenang di sini”.
“Jangan kamu khawatirkan bintangmu, karena sudah dijaga di sini”.
Mendengar jawaban itu aku mulai tenang purnamasari, hari-hariku mulai kembali seperti biasa. Pergi bekerja ke perusahaan yang aku dan kamu rintis dari bawah, perusahaan desain grafis yang bernama BintangArt Design. Perusahaan yang hampir bangkrut ketika aku terpuruk saat kamu meninggalkanku, perusahaan yang akan memakan korban satu ribu dua ratus lima puluh ribu karyawan jika bangkrut, dan menjadi satu ribu dua ratus lima puluh ribu pengangguran baru di negeri ini.
Kini aku bangkit dari keterpurukan itu, karena aku tau kamu sudah tenang di sana, sudah terjaga dengan baik. Saatnya aku menjaga kenanganmu yang masih ada, dan membesarkannya hingga terkenal ke negeri-negeri yang kamu inginkan.
Sedikit demi sedikit perusahaan itu mulai normal kembali, di tahun ke sepuluh baru mendapatkan kesuksesan yang diharapkan. Kini aku sudah bekerjasama dengan negara-negara besar purnamasari, dan perusahaan yang kita rintis sekarang sudah memiliki cabang-cabang di setiap negara besar di dunia.
Kegiatanku sekarang berkeliling dunia purnamasari, bukan untuk berkunjung atau berlibur namun untuk urusan pekerjaan. Karena aku harus mengontrol cabang-cabang perusahaan yang aku dan kamu rintis purnamasari. Ketika aku ke suatu negara bertemu dengan polisi yang menembakmu purnamasari, sekarang polisi tersebut sengsara purnamasari, hidupnya di jalanan, bajunya sangat kumuh, dan bau.
Polisi itu meminta maaf kepadaku purnamasari,
“Wahai pemuda.. Maafkan diri ini yang telah merenggut kebahagianmu, membunuh wanita yang kamu cintai, bintang yang kamu perjuangkan dari orang-orang yang menginginkannya”
“Ada apa dengan pak polisi, apa yang terjadi sehingga bapak seperti ini?”. Tanyaku purnamasari
“Mungkin ini azabku, yang telah merenggut kebahagian orang lain. Wahai pemuda”. Jawabnya
“Lalu apa yang terjadi?”. Tanyaku lagi purnamasari
“Setelah kejadian penembakan, banyak yang mengejar dan ingin menangkapku, wahai pemuda. Hingga akhirnya tak bisa berkutik lagi, ditahan selama sepuhuh tahun, dipecat dari kepolisian, dan semua kekayaanku disita oleh bank dan berakhir ada di sini, hidup di jalanan, tidur dimana saja, makan dari bekas orang lain terkadang memungut di tempat sampah”. Jawabnya
Sakit memang hati ini mengingat kejadian itu purnamasari, jika boleh aku ingin membunuhnya waktu bertemu denganku. Tapi melihat keadaanya yang seperti itu, pantaskah aku membunuhnya. Membunuh orang yang tak berdaya, orang tidak punya kekuatan. Sama saja aku seperti binatang yang tidak punya rasa kemanusiaan, disaat tidak berdaya lalu membunuhnya. Aku tidak seperti itu purnamasari, aku masih mempunyai rasa kemanusiaan dan rasa kasihan terhadapnya. Walaupun itu semua tak seimbang.
Cerpen Karangan: Atep Mugni Soleh Hudin
Facebook: facebook.com/atep4
Post a Comment for "Kepingan Bintang Yang Hilang"