Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Loly Takut Bertanya



Suatu sore, sedang berjalan santai seekor tikus hutan berwarna putih yang imut.
Tikus ini sedang asik bermain menikmati siang hari yang panas sendiri.
Tikus ini adalah Loly. Si Loly memang tikus yang suka menyendiri. Dia lebih suka memisahkan diri dari teman-temannya. Seperti siang di bawah mentari yang menyengat ini, Loly sedang asik menikmati hutan yang sunyi.
Loly terus berjalan menyusuri rerumputan, melintasi perdu dan pepohonan, hingga berhentilah dia di tepi sungai.
Brum brum…..
Loly kaget. Sebuah makhluk asing sedang mendekat. Makhluk itu besar sekali dan suaranya menggelegar.
Makhluk itu melintas pelan di dekat Loly. Suaranya berdecit memekakkan telinga. Rupanya ia berhenti di tepi sungai.
Loly mengamati terheran-heran dengan makhluk aneh itu. Dia mendekatinya, Ternyata makhluk yang besar itu adalah sebuah truk.
Pintu truk terbuka. Ada yang keluar. Rupanya seseorang yang sedang buang air kecil di tepi sungai.
Karena rasa ingin tahunya, Loly mendekat. Ia mengendus roda truk. Merayap, hingga sampai di bagian atas truk.
Tiba-tiba terdengar derum keras, menandakan truk itu mau berjalan lagi. Loly merasakan getarannya. Tubuhnya terhuyung dan segera ia berpegangan pada kayu yang dijadikan bak truk.
Cukup lama Loly menahan diri agar tidak terguling dan terjatuh. Sampai akhirnya truk itu berhenti.
Loly ingin melepas lelah setelah lama tergoncang di atas truk. Ia turun perlahan dari atas truk. Kepalanya sedikit pening.
Tiiiin.. weeeeng, wuzzzz….
Suara gaduh datang dan pergi di sekitar Loly. Dia terheran. Belum pernah ia menyaksikan keramaian seperti ini. Hanya ada sedikit pohon di tempat ini, tidak seperti di hutan, bahkan juga tidak mirip dengan hutan ketika digunduli si pembalak liar.
Jika yang menjulang di hutan adalah bukit dan pepohonan, di tempat ini Loly menyaksikan banyak gedung pencakar langit.
Selain itu, yang berkeliaran juga bukan binatang-binatang, tapi mobil dan sepeda motor yang banyak mengeluarkan asap dan dengan suara yang gaduh.
Dari kejauhan melesat seekor belalang. Sedang asiknya terbang, sebuah mobil merah besar menyambarnya.
Belalang itu melanting jauh. Untunglah dia selamat.
Melihat kejadian itu, Loly jadi takut. Ia ingin menuju pohon-pohonan yang ada di seberang jalan. Mungkin itu adalah jalan kembali ke hutan, demikian pikirnya.
Karena takut kena tabrak, Loly menyusuri tepian jalan.
Dia melihat seekor ayam yang sedang asik bermain dengan anak-anaknya. Ingin sebenarnya ia bertanya, bagaimana cara bisa sampai ke pepohonan yang ada di seberang jalan sana.
Loly mengurungkan niatnya. Ia takut dengan binatang yang tak dikenalnya. Ia malu bertanya. Karena itu, ia teruskan perjalanan.

Sudah berjalan jauh sampai kehausan, jalan yang dilalui Loly tidak pernah berbelok ke arah pepohonan yang ada di seberangnya.
Seekor monyet menyapa Loly.
“Hey, kamu mau ke mana?”
Dengan takut Loly menjawab, “Aku ingin ke pepohonan di seberang jalan sana.”
“Kenapa kamu tidak menyeberang?”
Apa? Menyeberang?! Monyet ini pasti gila. Belalang tadi saja sampai terpental jauh ditabrak kendaraan. Dia pasti ingin mencelakaiku, dalam hati Loly.
Loly tidak menghiraukan kata-kata monyet. Dia segera berlalu. Tubuhnya semakin lemah. Dia kehausan. Sampai akhirnya tubuhnya ambruk.
***
Loly membuka matanya perlahan. Matanya kabur. Samar￾samar ia melihat bayangan hitam. Semakin jelas ia dapat melihat apa yang ada di depannya, seekor tikus tua berwarna abu-abu.
“Ak…aku di mana?” tanya Loly lemah
“Kamu di rumahku Loly.”
Mendengar namanya disebut, Loly kaget. Ia segera memperhatikan dengan seksama tikus keriput yang ada di depannya.
“Kakek Bronto.”
“Iya Loly, ini aku,” kata kakek yang ternyata tikus tua yang dikenali oleh Loly.
“Kamu di rumahku,” lanjutnya.
“Bagaimana Loly bisa sampai di sini? Rumah kakek ini dimana?” Loly masih heran.
“Kamu tadi kakek temukan pingsan di tepi jalan. Ini rumah kakek, di kota,” jelas kakek.
“Tapi kenapa kamu bisa sampai ke sini?” tanya kakek balik.
Loly menceritakan awal mulai dari hutan hingga ia berada di kota besar ini. Kakekpun juga menceritakan perjalanannya 5 tahun yang lalu hingga mempunyai rumah/sarang di kota besar ini.
“Tadi Loly menyusuri jalan. Kenapa jalan itu tidak berbelok ke arah seberang ini ya Kek? Lalu Kakek tadi lewat mana?”
“Yang namanya jalan itu, ya terus tak terputus, panjang. Tidak ada jalan yang ujungnya berbelok ke arah seberang jalan. Kalau kamu ingin menyeberang, ya lewat jembatan penyeberangan dong, Loly.”
“Tadi sebenarnya seekor monyet menyuruh Loly menyeberang. Cuma Loly takut ditipu oleh monyet itu. Ternyata ada jembatan untuk menyeberangnya ya kek?”
“Iya. Ada jembatan penyeberangan, ada zebra cross untuk menyeberang. Ada polisi yang membantu para penyeberang jalan.”
Mereka bercengkerama melepas kangen, sekaligus membahas ketersesatan Loly karena tidak berani bertanya.
“Bertanya itu penting Loly, agar kita lebih tahu, agar kita tidak tersesat, seperti kamu ini. Biasakan untuk berani bertanya, Loly.”
“Iya kek. Loly tidak mau ini terjadi lagi. Mulai sekarang, Loly akan bertanya jika tidak tahu.”
Penulis: Rudi Cahyono
Twitter: @rudicahyo
Facebook: Cahyono Rudi

Post a Comment for "Loly Takut Bertanya"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel